KAMMI KOmisariat UIN Yogya

KAMMI KOmisariat UIN Yogya
KAMMI KOmisariat UIN Yogya

Agenda terdekat

Agenda Terdekat:

1. Pembuatan Cindera Mata Buat Wisudawan Mahasiswa UIN Suka (14 Februari)

2. Daurah Marhalah II KAMDA DIY (Pendaftaran 2 Februari) (pelaksanaan Akhir Februari)

3. Daurah Marhalah 1 Gelombang ke-II (Awal Februari)

4. MILAD KAMMI (29 maret 2009)

5. DPMK (Daurah Pemandu Madrasah KAMMI) diperuntukkan bagi teman-teman yang telah mengikuti DM II

6. Sertifikasi DM I angkatan Laskar Mujahid rencananya ada out bond nya lho...!

Selasa, 24 Maret 2009

Mengorek Pola Kaderisasi KAMMI

MENGOREK POLA KADERISASI KAMMI DALAM MELAHIRKAN KADER MUSLIM NEGARAWAN*

Oleh: Anok Sutarno*

A. Pendahuluan: selayang pandang gerak KAMMI

Sulit terbayang bagaimana wajah bangsa Indonesia saat ini, manakala tidak lahir sebuah organ gerakan “anak-anak muda muslim yang bersemangat” pada 29 Maret 1998 yang lalu, yang terhimpun dalam wadah KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), Para aktivis dakwah kampus yang selama 20 tahun, beraktivitas di masjid kampus mengalami penguatan-penguatan visi keagamaan, intelektual dan politik. Seiring bergulirnya waktu, membuka lembaran baru gerakan mahasiswa muslim dengan menunjukkan proses tanggung jawab sosial-politiknya terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia tercinta.

Sejarah mencatat bahwa KAMMI menorehkan titik-titik besar dalam gambar Indonesia dalam proses perubahan (menuju baik) sejak 1998 yang lalu sampai dengan sekarang Setidaknya ada Tiga alasan yang mendasar: pertama, tekanan politik besar yang diproduksi secara Nasional terhadap rezim Soeharto, sejak 8 April hingga 20 Mei 1998. Kedua, eksistensi sebagai organ gerakan mahasiswa Islam yang outstanding dan leading ditengah-tengah kelesuan elemen gerakan kemahasiswaan Islam ekstra kampus. Ketiga, performa handal sebagai kelompok Aksi Demokrasi yang konsisten, visioner, dan moderat.

KAMMI selama 10 tahun perjalanannya telah memainkan perannya sebagai “avant garde” reformasi. Daya hentak gerakannya yang besar walaupun dalam usianya yang relatif muda telah ikut mengoncangkan sendi-sendi singgasana kerajaan Soeharto, hingga lengser keprabon, madeg pandhito ratu. Pada fase Pemerintahan Transisional Habibie-ditengah fragmentasi gerakan mahasiswa, KAMMI memperjelas posisi kekuatan Avant Garde-nya dengan menjadi kekuatan mainstream yang mendorong “Reformasi Damai dan Konstitusional”. Suatu sikap yang terkesan konservatif bagi kalangan radikal, tetapi sejarah justru berpihak kepadanya, Pasca pemilu 1999-pemilu demokratis pertama pasca Soeharto-KAMMI semakin memperjelas posisinya sebagai kekuatan “Oposisi Ekstraparlementer”, Ketika Gus Dur berkuasa dan mengakomodir semua unsur kekuatan politik utama kedalam pemerintahannya ternyata “Daya Pukul” kekuatan oposisi ini telak dan efektif, Gus Dur pun jatuh divonis Sidang istimewa MPR 2001. Selanjutnya serangkaian kesuksesan Gemilang KAMMI pada rezim selanjutnya adalah dapat menekan gerakan kesewenang-wenangan rezim Megawati, serta menghantarkan masyarakat kedalam gerbang pemilu 2004 yang demokratis, jujur dan adil, melalui proses pencerdasan politik masyarakat.

Bagaimana terhadap kepemimpinan rezim “SBY-JK”? KAMMI sejak awal kepemipinan “SBY-JK” sampai sekarang tetap konsisten dan aktif dalam pengawalan agenda pemerintah. Hal ini sesuai dengan pedoman KAMMI sebagai “gerakan ekstra parlementer” yang senantiasa menjaga independenitas gerakan. Sikap kritis dan efektif senantiasa keluar dalam tubuh “gerakan anak-anak masjid” ini[1].

B. Upaya KAMMI dalam melahirkan generasi Muslim Negarawan

Perjuangan sebuah cita-cita akan kemenangan Islam sebagai jiwa perjuangan KAMMI dan solusi Islam sebagai tawaran perjuangan KAMMI maka perubahan yang dicita-citakan KAMMI harus dipandang secara obyektif dan realisitis. Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana mewujudkan itu semua. Pertanyaan ini perlu disadari dalam alam kesadaran Gerakan, bahwa sebenarnya wujud eksistensi dirinya memiliki misi yang mulia dalam perbaikan problematika umat. Kompleksitas problematika umat tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak, ia harus ditanggung bersama oleh umat ini di seluruh lapisannya. KAMMI sebagai bagian dari lapisan pemuda memiliki posisi dan peran strategis dalam konteks perubahan ini yakni sebagai pewaris yang sah atas masa depan bangsa dan umat. Posisinya sebagai gerakan yang menghimpun para pemuda terpelajar menjadikan KAMMI sebagai wadah permanen yang menyemai bibit-bibit unggul lahirnya para pemimpin Islam yang tangguh di masa depan. Dalam kerangka inilah kaderisasi KAMMI dan revitalisasinya menempati posisi penting untuk mendapat perhatian lebih.

Berangkat dari dasar pemikiran penyusunan Manhaj Kaderisasi 1427H yang mengadaptasi zaman dan berlandas pada bingkai Filosofi gerakan, maka orientasi kaderisasi Nasional Manhaj 1427 H adalah menghasilkan kader Muslim Negarawan.

· Sejarah lahirnya konsep muslim negarawan

Dalam sebuah ruangan terjadi diskusi yang hangat. Saat itu semua sedang bertukar pikiran untuk merumuskan orientasi pengkaderan KAMMI. Lingkar kecil itu akhirnya memunculkan satu ide yang kemudian hari lebih kita kenal dengan Muslim Negarawan. Diksi ini menjadi konsensus yang dibuat dalam forum tersebut. Hanya saja, pandangan atau tafsir terhadap Muslim Negarawan belum benar-benar disepakati. Forum lanjutan pun dilakukan dalam ruang yang jauh lebih resmi. Bertempat di Sukabumi tepatnya di Situgunung, sebuah tim kecil melakukan pengkajian yang lebih mendalam. Rumusan itulah yang dibawa ke Muktamar KAMMI di Samarinda. Muslim Negarawan pun akhirnya ditetapkan sebagai orientasi kaderisasi nasional.

Paling tidak ada tiga perspektif dalam memberikan pengertian terhadap Muslim Negarawan. Pertama, perspektif filosofi gerakan sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi landasan gerakan bagi organisasi. Kedua, persperktif Al Qur’an maupun Sunnah sebagai pijakan dasar bagi seluruh amal islamy. Ketiga, perspektif kekinian atau waqi’iyah. Sehingga sebagai sebuah orientasi kaderisasi, Muslim Negarawan memiliki alasan yang kuat untuk dijadikan sebagai arah yang jelas bagi gerakan.

Dalam perspektif filosofi gerakan, visi gerakan secara tegas mencantumkan visi kepemimpinan sebagai sebuah cita-cita gerakan. Prinsip gerakan KAMMI menjadikan kepemimpinan sebagai strategi perjuangan KAMMI. Dua alasan ini menjadi pijakan dalam perumusan Muslim Negarawan. Sedangkan dalam sudut pandang nash Al Qur’an, KAMMI merujuk pada Qs Al Hajj 41[2]. Ada empat hal yang bisa diambil dalam ayat tersebut. Keempat hal itu antara lain:

1. Kesederhanaan dan Kokoh dalam Hubungan Transendental

2. Menciptakan Keadilan dan Kesejahteraan Sosial

3. Progresif dalam Kebijakan Produktif

4. Tegas dalam Kebijakan Preventif

Dalam tinjuan waqi’iyah kita akan mendapati bahwa bangsa dan Negara ini sedang mengalami krisis kepemimpinan. Pengebirian selama 30 tahun terhadap potensi pemuda ketika rezim Orde Baru, berdampak pada mandulnya bangsa ini melahirkan generasi yang lebih maju. Saat ini, mencari tokoh-tokoh muda sekaliber Soekarno maupun Natsir dizamannya bagai mencari jarum ditumpukan jerami. Padahal pemuda adalah rahasia kemenangan sebuah cita-cita dan peradaban. Ketiga perspektif inilah yang digunakan oleh KAMMI untuk menentukan definisi yang jelas terhadap Muslim Negarawan. Dari sinilah Muslim Negarawan dirumuskan sebagai kader KAMMI yang memiliki basis ideology yang mengakar, basis pengetahuan dan pemikiran yang matang, idealis dan konsisten, berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa serta mampu menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan[3]. Rumusan yang demikian kemudian diwujudkan kedalam enam profil kader KAMMI enam profil kader kammi yaitu pengetahuan keislaman, kredibilas moral,wawasan keindonesiaan, kepakaran dan profesionalisme, kepemimpinan dan diplomasi dan jaringan.

Indonesia saat ini membutuhkan para pemimpin perubahan yang memiliki idealisme dan kompetensi yang diperhitungkan, visioner dan mampu membawa bangsa terlepas dari jeratan kemiskinan. Para pemimpin itu terlahir dari rahim Gerakan Islam yang tertata rapi (quwwah al-munazshomat), semangat keimanan yang kuat (ghirah qawiyah) dan kompetensi yang tajam. Tiga hal ini merupakan syarat utama munculnya sosok Muslim Negarawan yang memiliki keberpihakan pada kebenaran dan terlatih dalam proses perjuangannya.

Secara aplikatif sosok kader muslim negarawan harus memiliki kompetensi kritis yang harus dilatih sejak dini. Kompetensi kritis ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki kader yang dirancang sesuai kebutuhan masa depan sebagaimana yang dirumuskan di dalam Visi Gerakan KAMMI. Terdapat enam kompetensi kritis yang harus dimiliki kader KAMMI, sebagai berikut ini:

1. Pengetahuan Ke-Islam-an

Kader harus memiliki ilmu pengetahuan dasar keislaman, ilmu alat Islam, dan wawasan sejarah dan wacana keislaman. Pengetahuan ini harus dimiliki agar kader memiliki sistem berpikir Islami dan mampu mengkritisi serta memberikan solusi dalam cara pandang Islam.

2. Kredibilitas Moral

Kader memiliki basis pengetahuan ideologis, kekokohan akhlak, dan konsistensi dakwah Islam. Kredibilitas moral ini merupakan hasil dari interaksi yang intensif dengan manhaj tarbiyah Islamiyah serta implementasinya dalam gerakan.

3. Wawasan ke-Indonesia-an

Kader memiliki pengetahuan yang berkorelasi kuat dengan solusi atas problematika umat dan bangsa, sehingga kader yang dihasilkan dalam proses kaderisasi KAMMI selain memiliki daya kritis, ilmiah dan obyektif juga mampu memberikan tawaran solusi dengan cara pandang makro kebangsaan agar kemudian dapat memberikan solusi praktis dan komprehensif. Wawasan ke-Indonesia-an yang dimaksud adalah Penguasaan cakrawala ke-Indonesia-an, realitas kebijakan publik, yang terintegrasi oleh pengetahuan interdisipliner.

4. Kepakaran dan profesionalisme

Kader wajib menguasai studi yang dibidanginya agar memiliki keahlian spesialis dalam upaya pemecahan problematika umat dan bangsa. Profesionalisme dan kepakaran adalah syarat mutlak yang kelak menjadikan kader dan gerakan menjadi referensi yang ikut diperhitungkan publik.

5. Kepemimpinan

Kompetensi kepemimpinan yang dibangun kader KAMMI adalah kemampuan memimpin gerakan dan perubahan yang lebih luas. Hal mendasar dari kompetensi ini adalah kemampuan kader beroganisasi dan beramal jama’i. Sosok kader KAMMI tidak sekedar ahli di wilayah spesialisasinya, lebih dari itu ia adalah seorang intelektual yang mampu memimpin perubahan. Di samping mampu memimpin gerakan dan gagasan, kader pun memiliki pergaulan luas dan jaringan kerja efektif yang memungkinkan terjadi akselerasi perubahan.

6. Diplomasi dan Jaringan

Kader KAMMI adalah mereka yang terlibat dalam upaya perbaikan nyata di tengah masyarakat. Oleh karena itu ia harus memiliki kemampuan jaringan, menawarkan dan mengkomunikasikan fikrah atau gagasannya sesuai bahasa dan logika yang digunakan berbagai llapis masyarakat. Penguasaan skill diplomasi, komunikasi massa, dan jaringan ini adalah syarat sebagai pemimpin perubahan.

Dalam rangka mencapai target Kaderisasi Nasional diatas maka perlu dirumuskan formulasi profil Muslim Negarawan yang di-break down pada pembentukan kader di tiap jenjangnya agar dapat di implementasikan secara aplikatif. Manhaj Kaderisasi 1427 H menekankan pencapaian cita kader dengan ditopang oleh penguatan kekokohan bangunan gerakan. Keberadaan kader dalam gerakan merupakan batu-bata bangunan piramida. Piramida tersebut tersusun dalam kelazimannya sebagai organisasi yang sempurna. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berbaris teratur bagaikan bangunan tersusun rapi.” (QS. Ash-Shaff: 4).

Konsep kader Muslim Negarawan yang di cita-citakan oleh KAMMI menjadi sebuah langkah perubahan menuju Negara Indonesia yang lebih baik. Keterpurukan kondisi Bangsa dalam wilayah politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan terjadi bukan kerena kebodohan seorang pemimpin. Banyak orang pintar dan cerdas, namun justru dengan kecerdasannya mereka membuat kondisi bangsa semakin terpuruk.

Oleh karena itu, dalam era demokrasi ini sudah saatnya Indonesia dipimpin oleh sosok pemimpin yang berjiwa Muslim Negarawan, yaitu seorang pemimpin yang seimbang antara kecerdasan dan moral intelektual, pemimpin yang berpikir dan berkehendak merdeka, Pemimpin yang pemberani, Ilmuwan yang tajam analisisnya, Politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan piawai memperjuangkan kepentingan negara dan bangsa.

· Muslim Negarawan akan dicapai oleh KAMMI

Organisasi pergerakan dan organisasi pada umumnya memiliki kesamaan dalam lapisan bangunannya. Secara umum organisasi tersebut disusun dari empat lapisan, yakni: basis pengambil kebijakan, basis penerjemah gagasan menjadi program, basis pelaksana program dalam bentuk kegiatan, dan basis pelanggan atau subyek yang menikmati acara. Bangunan ini satu sama lain saling menguatkan. Dalam logika gerakan dakwah, bangunan organisasi ini dapat disebut sebagai piramida dakwah. Alasan penyebutan ini lebih pada realitas bahwa bangunan gerakan dakwah disusun oleh kualitas man power gerakan tersebut.

Semakin ke atas semakin sedikit, dan sebaliknya, semakin ke bawah semakin banyak. bahkan rasionya harus seperti segitiga sama sisi, tidak lebar sebelah atau tumpul di bagian atasnya. Piramida dakwah dibangun oleh unsur-unsur orang yang memiliki peran-peran dominan di dalam lapisannya masing-masing. Berbeda dari sistematika pembahasan lapisan organisasi pergerakan dakwah dengan organisasi lainnya, organisasi pada umumnya dibahas dari puncak piramida, sedangkan piramida dakwah dibahas dari bawah. Lapisan-lapisan itu diurut pembahasannya lebih karena proses pencapaian alami jenjang seseorang yang dilewati dari bawah secara hirarkis ke posisi puncak. “Pasti kamu akan melewati tingkatan demi tingkatan.” (QS. Al-Insyiqaq: 19)[4]

KAMMI merumuskan jenjang kaderisasi KAMMI menjadi tiga lapis. Jenjang yang pertama dalam paling dasar adalah qoidah harakiyah[5] kemudian Qoidah fikriyah[6] dan yang paling tinggi adalah Qoidah Siyasiyah[7].

C. Pola Umum Kaderisasi KAMMI

Secara operasional, pola yang dikembangkan oleh KAMMI dimulai dengan dauroh rekrutmen yang lebih dikenal dengan Dauroh Marhalah 1 (DM 1). Proses tersebut berlanjut dengan program Madrasah KAMMI (MK 1) yang memiliki dua pola yaitu klasikal dan khusus (halaqoh). Selain mengikuti MK 1, kader KAMMI eks trainee DM 1 mendapatkan suplemen lain[8]. Setelah itu setiap kader mengikuti proses sertifikasi kader yang akan menentukan kelulusan. Kelulusan ini akan menentukan karier kader dalam marhalah gerakan. Setelah mendapatkan sertifikasi AB 1, maka kader dipersilahkan mengikuti Dauroh jenjang kedua yaitu Dauroh Marhalah 2 (DM 2). Proses yang dilakukan setelah itu mengulang seperti yang jenjang kader 1 (AB 1)[9]. Dan, untuk jenjang yang ketiga, kader akan melewati Dauroh Marhalah 3 (DM 3)[10]. Dengan pola yang demikian, diharapkan seluruh prasyarat-prasyarat yang harus didapatkan seorang kader hingga terwujud profil muslim neragawan dapat dicapai.

D. PENUTUP

Sudah menjadi kefahaman bersama bahwa KAMMI adalah sebuah gerakan mahasiswa yang besar, solid dan mempunyai konsep kaderisasi yang kokoh, sehingga mengkaji pola kaderisasi KAMMI adalah hal yang sangat menarik. Namun dalam tataran implementasinya terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang dicapai. Beberapa masalah tersebut diantaranya adalah:

1. Kurang seimbangnya antara idealitas konsep dan relitas kader

2. Kurangnya stok pemandu baik kualitas maupun kuantitas

3. Memudarnya militansi dan keseriusan pemandu dalam melaksanakan alur kaderisasi

4. Terjadinya pelemahan ghirah kader dalam mengikuti kegiatan ekstrakampus (study orientet)

5. Kurang adaya kontekstualisasi antara konsep kaderisasi KAMMI dengan keberagaman masing-masing kampus

Jawaban atas permasalahan tersebut pada dasarnya sudah banyak terjawab pada uraian diatas, kecuali dalam beberapa hal saja yang harapannya akan terjawab dalam kegiatan daurah pemandu madrasah KAMMI (DPMK) yang akan dilaksanakan selama 3 hari kedepan. Semoga.



* Makalah ini adalah syarat untuk DPMK KAMDA DIY

* Penulis adalah kader AB 2 KAMMI UIN Suka Yogyakarta, dan mahsiswa pada jurusan PAI, Fakultas Tarbiyah.

[1] Teguh Priambudi, makalah DM 2 Purwokerto: muslim negarawan. 2008

[2] (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

[3] Buku kaderisasi KAMMI Pusat.

[4] Manhaj Kaderisasi KAMMI Buku 1. Nalar Kaderisasi.

[5] Bina’ al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional), yaitu mambangun lapisan kader KAMMI yang bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI.

[6] Bina’ al-qo’idah al-fikriyah (membangun basis konsep), yaitu membangun kader pemimpin yang mampu menjadi teladan masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan, mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.

[7] Bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan), yaitu membangun kader ideolog, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang.

[8] Suplemen tersebut antara lain; Dauroh Qur’an, Dauroh Ijtima’iyah, Training Keorganisasian, Training Jurnalistik

[9] Suplemen yang didapatkan seorang kader AB 2 yaitu MK 2, Training Kehumasan, Dauroh Siyasi dan Dauroh Ijtima’iyah 2.

[10] Suplemen yang akan didapatkan oleh kader Ab 3 adalah Senior Camp sebelum kader tersebut mendapatkan pengukuhan sebagai kader AB 3.

Picture

Bangkit itu.............

Sholat Vs Game